Minggu, 31 Januari 2010

Dunia anak dan bahasa yang mencengangkan



Oleh : Hendra Syahputra

DUA TAJUN YANG LALU, Gebryna Fairuzzanty Pandinny (Geby), 5 tahun, merengek-rengek minta sekolah, setiap dia melihat cerita anak-anak di TV yang memperlihatkan adegan berangkat ke sekolah. Pada saat itu Geby berusia dua tahun pas., namun, kemempuan dia berbicara sudah sangat lancar dan tak ada satu katapun yang dia ucapkan cadel. Semua dialog sempurna ketika terucap dari bibir mungilnya.

Bisa kubayangkan Geby pasti merasa senang dengan banyaknya teman yang akan dia jumpai di sekolah, dan indahnya bermain bersama teman teman nya. Namun karena umurnya belum tiga tahun, aku dan istriku sepakat tak mengizinkanya. Kami kuatir nanti dia cepat bosan dan akhirnya libur lagi sekolahnya

Ternyata dari hari ke hari, terus dan terus saja dia minta sekolah lagi. “Papa, nanti kalau Geby sekolah mau belajar yang rajin supaya bisa jadi dokter objin”, demikian dia menyebutkan istilah salah satu spesialisasi dokter yang mengurusi masalah kandungan, obgine

Kok bisa ya dia menyebutkan cita-cita itu. Semula aku berfikir, mungkin istriku lah yang berprofesi sebagai dokter, yang mencekoki anak ku dengan pikiran dan cita-cita kalau sudah besar menjadi dokter. Dugaanku salah. Ternyata Geby memerhatikan aku dan istri setiap kali berdiskusi bersama dokter kandungan tempat kami memeriksakan kehamilan istriku saat anak kedua ku Muhammad Caesar Zia Bawana (Caesar), 3 tahun, ada dalam kandungan. Geby begitu pasih, menyebutkan objin (obgine),

“Mama, apa kata Pak dokter objin.? Kapan adek nya bisa dibawa pulang? pertanyaan- ajaib itu sering dia tanyakan, yang kadang susah terduga dan ditebak. Dia pernah menyangka, calon adik yang dikandung mamanya pada saat itu, belum bisa dibawa pulang, karena mama dan papa belum membelikan tempat tidur baru untuk adiknya.

Cerita-cerita menarik seputar perkembangan anak terus kualami, dan memberikan kejutan-kejutan indah bagi ku dan istri. Kami sangat larut dan menikmati suasana dan mencatat semua perubahan itu. Kata salah seorang Ibu, Betty K Taruck, yang seorang Psikolog , masa perkembangan anak itu merupakan Golden time bagi orang tua, yang tidak mungkin datang dan terulang lagi, untuk setiap anak dan orangtuanya. Artinya masa-masa lucu gak akan terulang lagi karena manusia terus berkembang maju, dan tidak ada waktu mundur. Benar juga, saat waktu emas itu sering keajaiban-keajaiban muncul dan mengundang tawa

Seperti, kisah yang terjadi pada Geby, yang benar-benar aku ingat di 1 Juni 2008 yang lalu. Saat itu, Geby mulai aktif menanyakan banyak hal yang ada di benaknya dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat aku dan istri harus ekstra berfikir untuk menjawabnya.

Menurut Bu Yuni, guru kelas anak ku di Playgrup Selaras Cita, Surabaya, Geby adalah anak yang suka menanyakan kembali semua perintah dan larangan gurunya di sekolah, dengan pertanyaa-pertanyaan yang menurut gurunya sangat dewasa untuk ukuran anak kecil yang masih sekolah di play grup
Seperti yang terjadi di ulang tahun nya yang ke empat, 28 Maret 2009 yang lalu. Ketika itu Caesar Zia Bawana, anak ku yang kedua menangis dan tak mau berhenti karena ingin memakan kue tar strawbery yang kami siapkan buat Geby

”Sudah Dek Caesar, jangan nangis lagi ya”, begitu bujuk Geby pada Caesar. Tapi, Caesar masih belum menunjukan tanda-tanda kalau tangis nya mau berhenti. Tiba-tiba Geby bilang ke aku. “Papa, kalau bilang adek jangan nangis, kakak sayang adek, gimana bahasa inggrisnya. Aku tersentak, dan spontan mengucapkan, Don’t Cry adek, I Love You


Geby pun membujuk Caesar, dengan kalimat itu. Don’t Cry Adek, I love you. Terlepas karena ucapan itu atau bukan, Caesar diam, mungkin karena leleh menangis.

19 Mei 2009 lalu, sepulang sekolah, Geby menangis karena tak dibelikan Ice Cream oleh Eyang Putri nya. Ibuku tak membelikan Ice Cream karena Geby menunjukan gejala mau pilek. Geby terus menangis, karena tidak dibolehkan minum ice cream.

Melihat tangisnya tak mau berhenti, aku menggendong anak perempuanku itu, sambil mengajak melihat-lihat anak-anak naik sepeda di halaman depan rumah. Tapi Geby belum juga berhenti menangis , padahal aku sudah bilang, “ jangan nangis lagi Nak, nanti suaranya serak dan capek”. Tapi tetap saja masih ada suara-suara lirih seperti tak rela menuntaskan tangisanya, sementara akau menuju ke meja komputer istriku untuk menginstall program printer yang tak mau berfungsi seperti biasanya

“Kakak, kok nggak berhenti nangsinya, kenapa?. Udah ya, nanti papa buatkan susu coklat pengganti ice cream nya”, pintaku dari ruang komputer

Tak disangka, Geby dengan gaya manja, bilang dia nggak mau berhenti menangis kalau belum dibilang kayak adek pake bahasa inggris “ don’t cry Kakak, I love you”

Aku yang lagi membenahi komputer istriku di kamar, buru-buru keluar sambil menggendong Caesar, menghampiri Geby yang lagi duduk di atas karpet di ruang tamu kami, sambil berucap, Don’t Cry Kakak, I love you….

Aku tersenyum dalam hati sambil memeluk keduanya. Dunia anak-anak sungguh ajaib dan mengagumkan. I love my family, i love the golden time.
.

0 komentar:

Template by - Fedri Hidayat - 2008