Minggu, 31 Januari 2010

A new chafter of life








Hendra Syahputra

SEORANG sahabat dekat, bercerita pada saya, ia akan memulai babak baru kehidupan akan segera dia mulai. Saya berkosentrasi mendengarkanya, mencerna dan memilah-milahkan satu persatu salam setiap ungkapan obrolan itu. hmmmm, saya mencoba mereka-reka dan berfikir dalam gati. akan kah dia meninggalkan babak yang lama? Ups, saya tak serta merta cepat mengambil kesimpulan atas semua yang saya dengar dan rasakan dalam obrolan kami. Saya ingin jadi sahabat yang baik, mendengar dengan baik, dan bicara bila di minta saja

saya pikir dengan meninggalkan babak yang lama, sahabat saya sepertinya punya semangat baru dalam memulai setiap bagian baru dalam hidupnya. Cinta dan karir misalnya. Meski saya juga tak bisa pastikan semua itu. Benarkah apa yang ada dalam fikiran saya? atau saya terlalu menduga..

Babak baru bukan sebuah rindu yang terlambat

DALAM beberapa kali pembicaraan kami, tentu saja dalam bahasan yang sama, kami sepakat memberikan kesempatan untuk bicara panjang lebar hingga makna babak baru tersebut tidak sempit maknanya. Misal saja, kalau dulu saya susah menangis, babak baru sekarang adalah, gampang tersentuh dengan kondisi sekitar dan mulai bisa menangis, ketika kondisi itu tak terselesaikan. Kalau dulu saya pemarah, sekarang menjadi gampang senyum dan tak perlu marah-marah (karena saya menyadari marah-marah memang tak ada dalam kamus saya dan nenek moyang dipihak saya-red)

LALU?, menurut teman saya babak baru hidupnya dari sudut seni hidup, seperti angin yang menggugurkan dedaunan, jatuh dan berganti dengan dedaunan yang lain. Seperti ombak yang akan berpisah dengan lautan dan akan berjumpa dengan pantai.

KEMUDIAN??. Kehidupan pun berjalan demikian, seperti dedaunan yang berguguran dan ombak yang beriak. Sementara disisi lain, akan berrjalan bersama angin dan bertemu dengan pantai.

PADAHAL??? Sudah lama angin (dalam hidupnya) merasakan dahaga, bukan karena lelah, tetapi karena cinta mencintai mereka para dedaunan dan lautan yang maha luas. dan angin pun berkata ’sampai jumpa aku rindu kalian semua’

Demikiankah Babak baru itu?

Sejauh obrolan, begitu lama kami berbincang, apa makna baru itu. Menurut temanku yang lain, babak baru adalah mencari makna dari perjalanan yang sebetulnya cukup singkat, setiap peristiwa yang menarik keluar asa dan rasa. Senyum, tangis, tawa itu juga bahagian baru dari sebuah babak hidup

Sahabat , aku menangkap kata-kata .- Aku berusaha membuka tiap lembar memori ketika kamu nyata dihadapanku. Tak mudah mencarinya…hitungannya hanya belasan dan ini terselip diantara ratusan hari yang kau ucapkan.


Aku tak berkedip mata, seolah membuka layar putih dibalik kelopak mata. Proyeksi itu kembali! saat aku mendengar semua cerita sahabatku, bagaimana dia membuka babak baru.
Bahkan, kan aku melihat jelas tetesan kecewa diantara bahagia yang dia rasakan. Adilkah babak baru hidupnya? Sayang, saat itu waktuku sangat terbatas, tapi aku melihat masih ada diam diantara ramainya sorakan hatinya? Detik ini dia menyesali, ketika ada ruang bertemu terkadang sejumput ingatan masa lalu mengganggunya.

Babak Baru Syukur Hatiku

Mendengarnya bercerita, aku sadar..di episode hidupku kali ini aku mengenal banyak sekali orang. Mulai dari yang baik sampai bajingan. Mulai dari yang jujur sampai semua hidupnya dalam kebohongan.. Sosok baru di hidupku, aku mengenal orang-orang muda yang berjuang membuat babak baru dalam hidupnya lebih berarti. Bagiku babak baru yang kurasa ini menyenangkan bahwa aku tak pernah sendiri. Satu syukurku dari semua cerita mereka, babak hidupku menjadi manusia iman, manusia yang punya aturan dan di atur dalam keridhoan. Alhamdulillah

***

Pertemuan kami berakhir, sahabatku meninggalkan tempat kami berdiskusi, dan kembali pada aktifitas mereka . pikirku tak bisa berhenti, aku pun tak melanjutkan kata-kata karena sekarang aku duduk dimeja itu sendiri. Sambil duduk, aku menuliskan sebuah puisi


Andai bunga dan kumbang di dada kananku, itulah engkau
-testimoni kepada sahabat

Andai bunga dan kumbang di dada kananku, itulah engkau
anak panah yang dikirimkan Allah , melesat hebat
anak panah Allah buat ku
jelajahi “nanggroe” abu-abu di belahan bumi yang lain

engkau lah itu
yang menjadi pustaka berjalan dalam setiap bincang
dahsyat menjelang matahari
bercerita tentang cita-cita dan harapan
kita ceritakan keringat yang sudah kita jual
demi bahagia dan tanah ibu kita

engkaulah duhai,
yang membelalakan mataku, bahwa ini tanah yang lain
jiwa yang lain
gubuk yang lain

kisah samudra luas dari seberang
kalimat pamungkas dan menggetarkan

engkaulah itu
yang mengetuk pintu pagiku, setiap hari
engkaulah

: mentari tak akan berubah warna, meski jaraknya jauh

andai bunga dan kumbang di dada kananku
mereka akan berbisik
duhai,
kita sama
hanya
terlahir dari rahim yang berbeda

***

Pesanku, tetaplah semangat menjalani hidup ini dengan baik dan cerdas memaknainya.
mulailah babak baru dengan semangat dan keyakinan yang baru tentang hidup
juga mengandalhan cara-cara yang bener dan halal.
Sahabat, kata itu sangat dekat

0 komentar:

Template by - Fedri Hidayat - 2008